Skip to main content

Kajian Timur Tengah di Indonesia

Rupanya, kajian wilayah atau yang sering dikenal dengan Area Studies di Indonesia tidak terlalu populer seperti halnya yang berkembang di Barat. Dunia Akademik di Barat sudah sangat akrab dengan kajian yang satu ini mengingat ada hubungan yang erat antara Kajian Kewilayahan (Dunia Luar Barat) dengan kepentingan kolonialisme mereka. Sebut saja, sebelum terjadinya penjajahan penuh di negara-negara Timur Tengah, kajian akan kawasan Timur Tengah dan Arab sudah terlebih dahulu dilakukan. Sekali lagi, ada sinergi antara kepentingan akademisi dengan  proyek kolonialisme Pemerintah Barat. Meskipun dalam perkembangannya, bias-bias dalam kajian wilayah yang berbau kolonialisme dengan perlahan mulai memudar seiring dengan bebasnya negara-negara Dunia Ketiga dari penjajahan bangsa Barat. Lalu, bagaimana background lahirnya kajian wilayah di Indonesia? 
Pertanyaan yang sulit dijawab karena tentunya kampus tertentu dan yang memiliki prodi kajian wilayah lah yang mengetahui betul sejarah berdirinya sebuah Prodi kajian kewilayahan semisal American Studies (UGM), Middle Eastern Studies (UI, UGM-S2, dan UNS-S1). Yang jelas, latar belakang lahirnya kajian-kajian kewilayahan di kampus Indonesia berbeda jauh konteksnya dengan yang terjadi di Dunia Akademik Barat. 
Sebagai ilustrasi dan fokus kajian dalam tulisan ini, di UGM umpamanya, lahirnya Kajian Timur Tengah didasarkan kepada adanya hubungan bilateral antara Negara Indonesia dengan Timur Tengah, Mesir utamanya. Salah satu upaya mengeratkan hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab dan Kawasan Timur Tengah pada umumnya maka lahirlah Kajian TimurTengah di UGM, tepatnya pada Sekolah Pascasarjana UGM. Program pada awal-awal berdirinya tahun 2005 sampai pada tahun 2009, terus melejit dengan jumlah mahasiswa yang lumayan banyak baik S1 mapun S2. Pamornya semakin menarik dengan adanya berbagai forum diskusi dan seminar utamanya yang terkait dengan Budaya dan Politik Timur Tengah (I)...
Akan saya lanjutkan sedikit demi sedikit ya :)... 

Comments

Popular posts from this blog

Ignaz Goldziher: Orientalis Yahudi anti-Zionisme dan Pakar Bahasa Arab

  Ignaz Goldziher (22 Juni 1850 – 13 November 1921) cukup dikenal di kalangan akademisi Indonesia karena tawaran metode kritisnya terhadap hadis. Menurut Goldziher, studi hadis yang dilakukan oleh ulama klasik lebih terfokus pada aspek sanadnya saja dan kurang memperhatikan pada sisi matan atau konten hadis. Bagi Goldziher, kritik matan/konten hadis ini menjadi sangat penting karena bisa saja terdapat hadis yang kemunculannya disebabkan oleh motivasi atau respons terhadap kondisi social politik tertentu. Artinya, boleh jadi terdapat hadis pesanan dari penguasa pada waktu tertentu demi melanggengkan jabatan politisnya dan hadis tersebut sejatinya tidak bersumber dari Rasulullah. Pendekatan kritis terhadap matan hadis yang ditawarkan oleh Ignaz Goldziher atau yang lebih dikenal “teori evolusi hadis” telah memicu beragam tanggapan dari akademisi Indonesia dalam berbagai bentuk karya ilmiah yang dengan mudah dapat dijumpai secara online.   Selengkapnya dapat dibaca di:  https...

Rilis Berita Menjadi Dosen Tamu di Universidad de Granada Spanyol

Mendapat kesempatan sebagai exchange lecturer program Erasmus+ International Credit Mobility (ICM) untuk mengajar di salah satu kampus ternama di Spanyol, tentu menjadi kebanggaan tersendiri, yaitu kebanggaan secara intelektual dan institusi. Kebahagiaan secara akademik karena mengajar di luar negeri juga merupakan kesempatan langka dan belum tentu kesempatan ini didapatkan oleh pengajar lainnya. Sementara kebahagiaan dan kebanggaan secara institusi karena mampu membawa nama baik universitas di kancah internasional, khususnya Eropa. Selengkapnya: Dosen UAD Beri Kuliah di UGR Spanyol Lewat Erasmus+ ICM | kumparan.com  

Bahasa adalah Kunci Dunia

  Bagiku, menginjakkan kaki di tanah para Nabi, Mesir, bukanlah ekspektasi atau pun mimpi-mimpi yang aku bangun. Terus terang saja, sebagai anak dusun yang hidup di pelosok, wawasan tentang dunia luar baru mulai terbuka saat aku duduk di Sekolah Menengah Atas Islam, yaitu SMA Muhammadiyah Banjarsari, Ciamis. Saat itu, aku sudah mulai tertarik dengan bahasa Inggris dan paling tidak sebulan sekali sering pergi ke Pantai Pangandaran , salah satu objek wisata andalan Jawa Barat dengan keindahan pasir putih dan Grand Canon nya. Aku pergi ke pant a i tersebut dengan menaiki mobil bak terbuka dan cukup membayar 500 perak saja. Biasanya aku pergi ke pantai tersebut di hari Sabtu dengan masih menggunakan seragam sekolah. Ini artinya aku membolos dari sekolah tersebut hehehe (j angan ditiru yaa) … Sesampainya di Pantai, yang aku lakukan adalah mencari-cari bule yang sedang bersantai di pinggir an pantai. Dengan modal buku saku English Practice yang tipis dan kumal, biasanya aku mulai mempe...