Sudah lama ingin kutuliskan surat ini, namun karena berbagai hal, ide surat ini hanya terukir di hati dan kepala. Untaian kalimat ingin rasanya ditumpahkan ke secarik kertas karena hati dan kepala ini rasanya sudah tidak tahan lagi menahannya dan ingin segera terbebas dari segala belenggu rasa dan keluh kesah.
Surat ini bukanlah surat cinta tentunya. Surat ini adalah curahan hati dari seorang dosen yang terpisah dari sebagian mahasiswanya. Mengapa melalui surat terbuka seperti ini, karena tentunya malu dan rasanya kurang pas jika dosen berkirim WA ke mahasiswanya yang di dalamnya ditumpahkan berbagai perasaan. Rasanya malu. Takut jika dibilang dosen kok cengeng ya! Tetapi saya pun yakin jika surat ini akan masih dimaknai sebagian orang sebagai surat yang berlebih-lebihan. Tapi biarlah…kita kan orang BSA di mana ketika kekuatan lisan tidak mampu terucap maka hanya untaian tulisanlah yang akan menjadi penyembuh gelisah dan gundah gulana.
Sejatinya, curhatan guru dan murid sudah lazim terjadi dalam dunia pengetahuan. Sejak era Yunani para Filsuf seperti Plato dan muridnya Aristoteles sudah terbiasa berdialog bahkan curhat. Tidak hanya itu, Imam Malik dan Imam al-Syafi’I pun sudah terbiasa berdialog dan sesekali curhat. Saya mengemukakan ini bukan bermaksud untuk melegitimasi bahwa curhatan saya nanti adalah absah loh ya hanya ingin menguatkan bahwa keluh kesah antara guru dan murid dalam proses transfer ilmu adalah hal yang wajar.
Baiklah saya akan memulai curhatan saya sebagai dosen. Terus terang, Pandemi Covid19 seperti sudah dikemukan berbagai pihak adalah wabah paling ganas abad ini. Tidak pernah terbayangkan bahwa hampir 2 semester ini kita harus saling tatap muka hanya via layar kotak HP atau Laptop. Berjam-jam setiap harinya. Tentunya kita masing-masing punya pengalaman dan persepsi tersendiri terkait pembelajaran Online ini. Saya tidak sanggup mengungkapkan perasaan ini semua karena tentunya kesan kalian tentang kuliah Online ini lebih variative dibandingkan saya.
Sejak awal Online saya sudah punya kesan tersendiri terhadap beberapa mahasiswa BSA. Meskipun belum pernah bertatap muka secara langsung, namun chemistry atau pun ikatan batin guru-murid sudah mulai terbina secara perlahan. Saya tidak pernah berusaha membayangkan atau memikirkan bahwa ketika perkuliahan atau transfer ilmu berlangsung sebagian mahasiswa ada yang beraktivitas di luar perkuliahan. Saya tidak mau membayangkan hal demikian karena akan mengganggu secara psikis dan dunia maya nyatanya tidak bisa saya tembus. Saya hanya berusaha menerapkan aturan tetapi sekali lagi dunia maya selalu berada di luar control manusia. Saya hanya selalu optimis bahwa para mahasiswa saya pasti menyimak setiap materi yang saya sampaikan, itulah kenapa pelan tetapi pasti saya mulai mendapatkan chemistry guru-murid. Hal ini ditandai dengan adanya respon dan feedback keilmuan dari para mahasiswa.
Tetapi rupanya, selama proses perkuliahan Online berlangsung beberapa mahasiwa menyatakan ingin undur diri dari BSA karena persoalan keluarga, pindah kampus, persoalan belum mantap, dan persoalan beaya. Ketika mendapatkan pesan WA seperti ini saya selalu bingung harus menjawab apa? Karena saya yakin setiap jawaban yang akan saya sampaikan nanti pastilah keputusan bulat sudah ada di tangan mahasiswa dan keluarga. Saya hanya selalu bilang: “mas atau mb maaf ya jika kami ada salah dan kurang dalam pelayanan”….dan saya pun akan mendapatkan balasan WA : “terimakasih Ustadz atas ilmu yang diberikan dan mohon maaf jika ada salah.” Biasanya, jika saya sudah mendapatkan pesan demikian maka saya akan sejenak berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Cukup berdiam dan memegang HP sembari membaca pesan WA tersebut berkali-kali.
Pernah, ada WA dari salah satu mahasiswa yang isinya memohon maaf karena terpaksa undur diri dan mengakhiri WA-nya dengan ungkapan: “Ma Sya Allah, saya bersyukur bisa berjumpa dengan ustadz…meskipun bukan di UAD lagi tapi mudah-mudahan bisa berjumpa dengan Ustadz dan sharing2 seputar ilmu…. Rasanya lemas jika membaca WA seperti ini. Ingin rasanya mengadu kepada Tuhan, Ya Allah mengapa mahasiwa ini terhambat tidak bisa kuliah karena biaya? dan merasa bersedih karena tidak mampu menolongnya. Lagi-lagi hanya untaian do’a semoga dia yang saya tidak pernah berjumpa denganya, semoga dia yang hanya pernah bertegur sapa dan berdialog melalui HP dan Laptop selama hampir dua semester ini mendapatkan kebaikan dan kesuksesan di luar sana.
Lagi, ada WA undur diri dan mengakhiri kalimatnya: “terimakasih atas ilmu yang diberikan, ustadz adalah terbaik…, mohon do’anya semoga saya mampu kuliah tahun depan.” Lagi-lagi hanya bisa tertegun membaca WA demikian.
Maka bagi mereka yang sudah tidak lagi bersama BSA, saya hanya mengucapkan selamat meraih kesuksesan di tempat lain. Yakinlah bahwa di mana pun menuntut ilmu asalkan serius dan istiqomah kesuksesan pasti akan menghampiri. Sebaliknya, bahkan jika belajar di tempat terbaik pun di Dunia ini apabila tidak istiqomah dan serius maka belum tentu kesuksesan dapat diraih!
Bagi seluruh mahasiswa BSA: “Tetap semangat, Yakinlah Allah bersama kita, Yakinlah belajar bahasa Arab di BSA UAD adalah pilihan terbaik. Keberkahan dan hikmah pasti ada di dalamnya.”! Semoga kita tidak menyerah dengan Pandemi Covid19 ini. Kita harus tetap optimis bahwa Pandemi ini pasti akan segera berlalu dan kita bisa kembali belajar dalam keadaan normal! Amiin3x Ya Rabb……
Semasa periode UAS ini (22-31 Juli 2021), saya ucapkan selamat menempuh UAS semoga diberikan kelancaran dan kekhusyukan di dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh para Dosen.
Grojogan, 22 Juli 2021
Oleh. Yy
Comments
Post a Comment